Home

Senin, 24 Oktober 2011

Rindu Baitullah

One year already, miss baitullah so badly...
begitu status bbm teman baikku ku malam ini..



yah, aku mengenalnya di musim haji 2010, setahun yang lalu di Madina.
karena kita sama sama dari Solo, dan aku sudah kenal duluan dengan istrinya sejak SMA..
sehingga kita sepakat janjian bertemu di masjid Nabawi..
akhirnya aku dan istriku pun kenal baik dengan beliau dan istrinya

soal cerita kami di sana akan aku ceritakan nanti nanti kalau ada inspirasi lagi hehe..

yang aku ingin cerita sekarang adalah kerinduan kepada Baitullah..
kerinduan yang membuat sahabatku itu juga mengajak untuk kembali ke sana untuk umrah..

kerinduan yang sama yang aku rasakan..
kerinduan yang istriku juga rasakan..
kerinduan yang setiap orang yang pernah ke sana rasakan..

kerinduan yang "hanya" gara gara mendengar suara murrotal Al Quran dengan langgam Madina bisa membuatku menangis rindu..
kerinduan yang "hanya" gara gara melihat adegan film "Sang Pencerah" di pesawat Surabaya-Jakarta yang menceritakan KH Ahmad Dahlan berangkat haji bisa membuatku menangis..
kerinduan yang membuat hati bergetar "hanya" gara gara mendengar "Labbaika Allohuma labbaik labbaika laa syariika laka labbaik innal hamda wan ni’mat laka wal mulk laa syariila lak “ ( Aku penuhi panggilanMu ya Allah aku penuhi panggilanMu, aku penuhi panggilanMu  tiada sekutu bagiMu aku penuhi panggilanMu, sungguh pujian dan nikmat itu milikMu begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagiMu).
Kemarin aku juga ditelpon salah seorang temanku yang ternyata menelpon dari Masjidil Haram, di depan Kabah.. Subhanallah.. merinding aku hampir menangis menerima telponnya kalau tidak ingat aku sedang di depan umum.

Di Madina dan Makkah hanya kedamaian yang kami rasakan.. subhanallah nikmatnya.. sesuatu yang aku tidak pernah rasakan sebelumnya.
Aku bukan ahli agama yang paham dalil dalil keutamaan Haji dan Umrah (silakan googling sendiri hehe), masih banyak dosa yang aku lakukan, masih jauh dari alim, tapi sungguh hatiku terasa sejuk dan damai selama disana
Hal yang belum pernah kurasakan sebelumnya..

sungguh aku jadi malu dengan prinsipku sebelumnya..
dulu aku sangat setuju dengan orang orang yang berkata :
"ke Makkah itu cukup sekali, apa gunanya ke Makkah tiap tahun, tapi sekeliling kita masih banyak yang kelaparan, yang tidak sekolah. Ibadah haji itu ibadah pribadi, lebih baik ibadah sosial daripada ke Makkah berulang kali"

aku jadi teringat dengan Suúdzonku dulu..
Suúdzon kepada salah seorang kenalanku, pak Haji pengusaha kaya di tepi danau ******** Sumatra Barat..
Sebelumnya kuterima saja informasi dari kawan-kawankuku bahwa pak Haji ini agak sombong, suka bercerita tentang ibadahnya, suka bercerita setiap tahun berangkat Umrah.. Padahal menurut kami, ongkos Umrahnya lebih baik dia sedekahkan saja karena masih banyak orang membutuhkan bantuannya..
Sehingga setiap berkunjung ke tokonya, aku mendengarkan dia bercerita setiap tahun berangkat Umrah sekeluarga, bahwa semua anaknya pun sudah berangkat haji, pengalamannya di Makkah kudengar dengan nada datar dan berburuk sangka, tetap dengan pendapatku bahwa lebih baik dia sumbangkan ongkos Umrahnya untuk orang orang miskin.

Sampai kemudian, beberapa hari sebelum berangkat Haji, aku menemuinya lagi di rumahnya yang besar untuk berpamitan..
Entah mungkin karena sudah persiapan mengikhlaskan hatiku, hari itu aku mendengarkan cerita pak Haji ini dari sisi berbeda..
Beliau banyak menasehatiku mengenai tips tips bagaimana menjalankan ibadah haji dengan ikhlas, tawadu, agar aku selalu membantu orang disana, memudahkan urusan orang lain dll..
Beliau kali ini bahkan menceritakan kepadaku bagaimana beliau setiap tahun bersedekah ratusan juta untuk anak yatim dan orang miskin.
Beliau sampaikan bahwa dari sebagian rezeki kita ada hak orang lain, para fakir miskin..
Baru kali ini aku berusaha menatap wajah beliau dengan baik sangka, dan sungguh tidak kutemukan kesombongan atau niat riya' dari muka dan mata beliau saat bercerita.. tidak setitikpun..!!!
Kelihatan sekali beliau menahan haru melihatku berpamitan akan pergi ke Baitullah..
Dengan khusnudzon (baik sangka) sekarang tampak jelas sekali beliau bercerita haji, umrah dan sedekah itu untuk memberi contoh, mengiming imingi kami nikmatnya beribadah..
Nikmatnya beribadah individu ke Baitullah untuk mengecharge Iman, maupun nikmatnya ibadah sosial sedekah kepada fakir miskin..

Astaghfirullah, malu sekali aku kepada beliau...
selama ini aku sudah suúdzon berburuk sangka..

siapa aku dan teman2ku ini???
sholat 5 waktu aja kami sering bolong2..
sedekah di masjid saja tiap Jumat hanya uang seribuan..
pengemis di lampu merah kami cuekin..

bagaimana bisa kami berburuk sangka kepada beliau?

hitungan manusiaku langsung muncul
Bukankah wajar apabila beliau setiap tahun menyisihkan rezekinya hanya Rp 20juta untuk berangkat Umrah, berdua dengan istri menjadi Rp 40jt.

Sedangkan ibadah sosial, sedekah beliau pun tidak lupa tetap ratusan juta beliau keluarkan setiap tahun untuk fakir miskin dan anak yatim.

Apalagi setelah aku merasakan sendiri nikmatnya di Baitullah..
Subhanallah.. aku selalu merasa rindu untuk kembali ke sana, seperti juga wisnuaji, sahabatku yang memasang statusnya di bbm hari ini..

Ingin sekali aku mengikuti jejak beliau, pak Haji yang tiap tahun berangkat Umrah, dan tiap tahun bersedekah ratusan juta..
Ibadah individu terlaksana, ibadah sosial juga tercapai..

dan kalau ada orang yang belum berhaji dan jarang bersedekah berkomentar :
"buat apa ke Makkah tiap tahun, lebih baik dibagikan uangnya ke fakir miskin"
aku punya pilihan untuk tidak mendengarkannya lagi..

Surabaya, 24 Oktober 2011

Selasa, 11 Oktober 2011

Haji Muda

Assalamualaikum Hamuuuudddd... Haji Muddaaaaa"
Begitu bapak yang satu ini memanggilku setelah aku pulang haji 2010 lalu..

"Jadi Haji yang bener ya pak.. Jaga kelakuan.. "
begitu pesan beliau waktu itu..

Pesan yang begitu dalam masuk di hatiku..
Meskipun beliau bukan seorang muslim, beliau menasehatiku untuk menjalankan agamaku dengan lebih baik setelah pulang ibadah Haji..

Baru aku berpikir, iya ya.. banyak juga yang pulang haji tapi belum menunjukkan akhlak Islamnya..
Marah jika tidak dipanggil pak/bu haji.. masih senang mengambil yang bukan haknya...
yang aku tahu bukan itu esensi ibadah haji..

Ya Allah, aku juga merasa masih jauh dari akhlak Islami..
Aku masih mudah marah, bergunjing.. ibadah pun masih pas pasan..
Bukan beban berat yang kurasakan, hanya perasaan kecil di hadapanNya.. bahwa ibadah hajiku bukan apa apa dan bukan penjamin amal dan akhlakku.. Ibadah hajiku bukan berarti ibadahku lebih baik dari yang lain..

Ya Allah, kuatkan selalu hamba Mu ini agar selalu di jalanmu..
Bimbing aku untuk selalu menjadi orang yang Engkau ridhai..

Btw, malam ini aku akan terbang ke Makassar dan bertemu dengan bapak itu..

Surabaya, 11 Oktober 2011